Selasa, 19 Maret 2013

Analisis Implikatur dalam Iklan Indosat im3-chat-ing


Kelompok 2
Ahyan Puja Rahmani
Slamet Adiyatma
Mahdalena
Hermawati
Analisis implikatur iklan indosat im3- chat-ing
Percakapan
Cowok 1: ngapain cing?
Cowok 2: lagi garing 3 bulan nggak ada dating
Cowok 1: cari donk lewat chatting
Cowok 2: dompet kering, yang ada rambut diri kaya don king
Pada percakapan kedua yang dituturkan  “cwo 2” mengandung implikatur, yaitu frasa “ dompet kering ” yang berarti dia nggak bisa chatting karena tidak punya uang untuk membeli paket chatting atau internet.

Rabu, 13 Maret 2013

Analisis Piranti Kohesi dan Koherensi Wacana pada Berita


Pembentukan Bank Petani Belum Disetujui
TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Keuangan mengisyaratkan belum menyetujui didirikannya bank petani. Hal ini lantaran Kementerian lebih cenderung untuk membuat unit khusus di bawah bank atau lembaga pembiyaan yang sudah ada dibanding membuat lembaga atau bank petani.
"Bank pertanian sulit, lebih menguntungkan bila melalui unit-unit khusus. Jadi tidak membuat bank atau lembaga tersendiri, namun mengoptimalkan bank-bank atau lembaga yang sudah ada," kata Sekertaris Jendral Kementerian Keuangan, Kiagus Ahmad Badaruddin dalam pembahasan mengenai Bank Bagi Petani, Asuransi Pertanian dan Lembaga Pembiayaan di komisi IV DPR, Rabu 13 Maret 2013.
Secara makro ia mencontohkan pendirian bank petani dapat menimbulkan keinginan sektor lain mendirikan bank. "Nanti pelayaran juga ingin bank, infrastruktur juga ingin, semua merasa penting untuk mendirikan bank," katanya.
Ia pun berujar bahwa dahulu bank-bank khusus semacam ini pernah dibentuk."Tapi kan akhirnya tidak survive," katanya.
Senada dengan Kementerian Keuangan, Direktur Eksekutif Direktorat Kredit Usaha Kecil Menengah (UMKM) dan BPR Bank Indonesia, Zainal Abidin berujar hal yang senada. Ia mengatakan pendirian bank petani belum terlalu mendesak mengingat Bank Indonesia baru merilis Peraturan Bank Indonesia yang mengharuskan perbankan menyalurkan kredit sebesar 20 persen dari total kredit ke sektor UMKM. "UMKM itu termasuk para petani," katanya.
Wakil Wetua Komisi IV, Herman Khaeron mengatakan pada dasarnya pemerintah dan DPR telah sepakat dibentuk perbankan pertanian dan lembaga pembiyaan. "Tapi DPR inginnya berbentuk bank petani sedangkan pemerintah unit khusus, ini yang sedang dibahas," katanya. Ia pun menyebutkan setidaknya diperlukan dana Rp 3 triliun bila ingin membentuk bank petani.
Seperti diketahui pemerintah dan DPR kini tengah membahas Rancangan Undang-undang (RUU) Perlindungan dan Pemberdayaan Pertani. Dalam RUU itu isu yang menjadi sorotan salah satunya pendirian bank petani dan lembaga pembiyaan petani. Hal ini dicetuskan dengan pertimbangan sulitnya akses petani terhadap permodalan karena selain berisiko tinggi juga karena dinilai tidak bankable.
ANANDA PUTRI

Analisis Piranti Kohesi dan Koherensi Berita di atas
-          Pada paragraf pertama berita tersebut sudah kohesi. Hal itu bisa dilihat dari adanya piranti kohesi sebab akibat di kalimat kedua, yaitu kata “hal ini” yang menjelaskan sebab dari pernyataan.akibat di kalimat pertama.
Kata “kementerian” di kalimat kedua merupakan pengulangan utuh yang mengacu pada “kementerian keuangan” di kalimat pertama.
Frasa “bank petani” dikalimat kedua juga merupakan pengulangan utuh dari frasa “bank petani” di kalimat pertama.
Paragraf pertama juga sudah koherensi, karena antara kalimat pertama dengan kalimat kedua saling berhubungan dan mempunyai makna. Makna tersebut: Kementerian Keuangan belum menyetujui didirikannya bank petani, karena mereka lebih cenderung untuk membuat unit khusus di bawah bank.
-          Bank pertanian” di paragraf kedua kalimat pertama merupakan pengulangan bentuk lain dari “bank petani”di paragraph pertama kalimat kedua.
Pada paragraf kedua kalimat kedua terdapat piranti simpulan. Hal itu dapat dilihat dari kalimat “Jadi tidak membuat bank atau lembaga tersendiri, namun mengoptimalkan bank-bank atau lembaga yang sudah ada” merupakan simpulan dari kalimat petama “Bank pertanian sulit, lebih menguntungkan bila melalui unit-unit khusus”.
Kalimat kedua tersebut juga terdapat piranti pertentangan yang ditandai dengan kata “namun”.
Paragraf kedua juga sudah kohesi dan koherensi.
-          Kata “ia” di paragraf ketiga merupakan referensi anafora yang mengacu pada “Kiagus Ahmad Badaruddin” di paragraf  kedua kalimat kedua.
Kata “katanya” di kalimat kedua juga merupakan referensi anafora. Enklitik –nya mengacu pada “Kiagus Ahmad Badaruddin” di paragraf  kedua kalimat kedua.
Paragraf ketiga juga kohesi dan koherensi.
-          Kata “ia” dan “katanya” di paragraf keempat juga merupakan anafora yang mengacu pada “Kiagus Ahmad Badaruddin” di paragraf  kedua kalimat kedua.
-          Frasa “senada dengan Kementerian Keuangan” merupakan piranti keserasian yang menyatakan mendukung terhadap pernyataan menteri keungan.
Kata “ia” di paragraf kelima kalimat kedua merupakan referensi anafora yang mengacu pada “Zainal Abidin” di paragraf keima kalimat pertama.
Kata “katanya” di paragraf kelima kalimat kedua merupakan referensi anafora. Enklitik –nya mengacu pada pada “Zainal Abidin” di paragraf keima kalimat pertama.
-          Kata “DPR” di paragraf keenam merupakan ulangan utuh dari kata “DPR” di paragraf keenam kalimat pertama.
Kata “katanya” di kalimat kedua dan “ia” di kalimat ketiga merupakan referensi anafora yang mengacu pada “Herman Khaeron” di kalimat pertama.
Kata “bank petani” di kalimat ketiga merupakan ulangan utuh dari “bank petani” di kalimat kedua.
Paragraf keenam ini juga kohesi dan koherensi.
-          Kata “RUU” di paragraf ketujuh kalimat kedua merupakan ulangan utuh dari “RUU” paragraf ketujuh kalimat pertama.
Kata “hal ini” di kalimat ketiga merupakan piranti sebab akibat. Kata “hal ini” tersebut merupakan penjelasan sebab dari kalimat pertama dan kedua.
Paragraf ketujuh juga kohesi dan koherensi.

            Berdasarkan analisis di atas, berita yang berjudul “Pembentukan Bank Petani belum disetujui” ini merupakan berita yang kohesi dan koherensi.
 

Rabu, 06 Maret 2013

Wacana - Tugas Kelompok Menganalisis Iklan


Hasil Analisis Iklan Citra Night Whitening Lotion
1.      Butir  Utama

Waktunya tidur.
Sikat gigi? Sudah
Pasang weker? Sudah
Citra night whitening lotion? Sudah
Emmm…
Night whitening lotion sebelum tidur.

Butir utama iklan tersebut menggunakan proposisi dalam bentuk pertanyaan yang menuntut perhatian lebih.

2.      Badan Iklan

Subjektif: Untuk membantu regenerasi kulit ketika tidur.

Objektif: Paduan sempurna minyak biji anggur dan ekstrak bulbery.

3.      Penutup

Butir Pasif: Uniliver

Hasil analisis Iklan Vitamin Water
1.      Butir Utama
“Gue bingung. Gak ada lagi minuman yang cocok sama gue. Gue minum yang satu gue buncit. Gue minum yang satu lagi gue mules. Gue minum yang satu lagi gue lemes. Gue minum yang terakhir gue beli sendiri gue buncit, lemes, dan mules, jadi gue harus minum apa?”

Butir utama iklan tersebut menggunakan proposisi dalam bentuk pertanyaan yang menuntut perhatian lebih.

2.      Badan Iklan

Subjektif: meningkatkan metabolisme, jaga kulit sehat, dan menambah daya tahan.

Objektif: 7 vitamin, biotin, dan 2 mineral.

3.      Penutup

Teknik lunak: More Than Just Water.



Senin, 04 Maret 2013


BAB 1
PENDAHULUAN

Suatu wacana dituntut memiliki keutuhan struktur. Keutuhan itu sendiri dibangun oleh komponen-komponen yang terjalin di dalam suatu organisasi kewacanaan. Organisasi inilah yang disebut sebagai struktur wacana. Sebagai sebuah organisasi, struktur wacana dapat diurai atau dideskripsikan bagian-bagiannya.
Suatu rangkaian kalimat dikatakan menjadi struktur wacana bial di dalamnya terdapat hubungan emosional antar bagian yang satu dengan bagian lainnya. Sebaliknya, suatu rangkaian kalimat belum tentu bisa disebut sebagai wacana apabila tiap-tiap kalimat dalam rangkaian itu memiliki makna sendiri-sendiri dan tidak berkaitan secara semantik.

1  Rumusan Masalah
a. Apakah pengertian kohesi?
b. Apakah pengertian Koherensi?
c.  Bagai manakah piranti kohesi?
d. Bagai manakah piranti koherensi?
2. Tujuan
a. Untuk mengetahui pengertian kohesi
b. untuk mengetahui pengertian koherensi
c. untuk mengetahui piranti kohesi
d. untuk mengetahui piranti koherensi












BAB II
PEMBAHASAN
KOHESI DAN KOHERENSI WACANA

A.    Pengertian Kohesi
Kohesi adalah hubungan antarbagian dalam teks yang ditandai oleh penggunaan unsur bahasa. Contoh kohesi adalah sebagai berikut.
Listrik mempunyai banyak kegunaan. Orang tuaku berlangganan listrik dari PLN. Baru-bau ini tarif permainan listrik naik 25%, sehingga banyak masyarakat yang mengeluh. Akibatnya, banyak pelanggan listrik yang melakukan penghematan. Jumlah peralatan yang menggunakan listrik sekarang meningkat. Alat yang banyak menyedot listrik adalah AC atau alat penyejuk udara. Di kantor-kantor sekarang penggunaan alat penyejuk udara itu sudah biasa saja, bukan barang mewah.
Contoh wacana di atas dikatakan kohesi, karena menggunakan alat kohesi pengulangan, misalnya listrik yang diulang beberapa kali. Namun, paragraf tersebut tidak padu karena bagian-bagian paragraf itu tidak mempunyai kepaduan hubungan maknawi.
B.     Pengertian Koherensi
Koherensi adalah kepaduan hubungan magnawi antara bagian-bagian dalam wacana. Contoh koherensi sebagai berikut.
(a)Bahasa sehari-hari merupakan bahasa yang di pakai dalam pergaulan dan percakapan sehari-hari. (b) pada umumnya bentuk bahasa yang dipakai sederhana dan singkat. (c) kata-kata yang digunakan pun tidak banyak jumlah dan ragamnya. (d) kata-kata yang dipakai hanyalah kata-kata yang lajim dan umum dalam pergaulan sehari-hari, misalnya kata bilang, bikin, ngapain, ngerjain. (e) kata itu hanya cocok dipakai dalam percakapan. (f) sering juga kata-kata yang di gunakan itu menyimpan dari pola kaidah yang benar, misalnya di bikin betul (dibetulkan), ngeliatin (melihat), belum liat (belum melihat). (g) bahkan, lafalnya pun sering menyimpang, misalnya malem hari (malam hari), dapet (dapat), mas’alah (masalah).

Bagian-bagian pada wacana di atas saling mempunyai kaitan secara maknawi, misalnya kalimat (b) merupakan penjelasan rinci kalimat (a). Wacana itu termasuk wacana padu, karena hampir setiap bagian kalimat berhubungan padu secara maknawi dengan bagian lain. Selain itu, wacana itu juga kohesi. Ada beberapa kata yang diulang (bahasa pada kalimat a dan b dan kata-kata pada kalimat d,e dan f) dan ada juga penggunaan penanda transisi yang menunjukan kohesi (juga) pada kalimat f, (bahkan) pada kalimat g. Jadi, wacana selain harus kohesi juga harus koherensi, bahkan kepaduanlah (koherensi) yang harus diutamakan.




C.    Piranti Kohesi
Menurut Halliday dan Hassan (1976), unsur kohesi terdiri atas dua macam, yaitu unsur gramatikal dan leksikal. Kohesi gramatikal artinya kepaduan bentuk sesuai dengan tata bahasa. Kohesi leksikal artinya kepaduan bentuk sesuai dengan kata.
1. Piranti Kohesi Gramatikal
Pada umumnya dalam bahasa Indonesia ragam tulis digunakan piranti kohesi gramatikal seperti berikut.
a.      Referensi
Referensi adalah hubungan antara kata dengan benda. Misalnya kata buku yang mempunyai referensi kepada sekumpulan kertas yang dijilid untuk menulis dan dibaca.
Halliday dan Hassan (1979) membagi referensi menjadi dua macam, yaitu sebagai berikut.
1). Referensi eksofora yaitu pengacuan satuan lingual yang berada di luar teks wacana. Contoh: Itu matahari, kata itu pada tuturan tersebut mengacu pada sesuatu di luar teks, yaitu “benda berpijar yang menerangi alam ini”.
2). Referensi endofora yaitu pengacuan satuan lingual yang berada di dalam teks wacana.
Referensi endofora terbagi atas dua macam, yaitu sebagai berikut.
a). Referensi anaphora yaitu pengacuan satual lingual yang disebutkan terlebih dahulu, mengacu yang sebelah kiri.
Contoh: Nauval hari ini tidak masuk sekolah. Ia ikut ibunya pergi ke Surabaya.
Kata ia pada kalimat kedua mengacu Nauval pada kalimat pertama.
b). Referensi katafora yaitu pengacuan satuan lingual yang disebutkan setelahnya, mengacu yang sebelah kanan.
Contoh: Karena kakinya sakit, Totti tidak bisa bermain bola.
Pronomina enklitik –nya pada kalimat pertama, mengacu pada antesedan Totti pada kalimat kedua.




Baik referensi yang bersifat anaphora maupun katafora menggunakan pronomina persona, penumjuk, dan komparatif.
(1)   Pronomina Persona adalah pengacuan secara berganti-ganti tergantung yang memerankannya.
Dalam bahasa Indonesia, pronominal persona diperinci sebagai berikut.


Tunggal
Jamak
Persona pertama
Aku, saya
Kami, kita
Persona kedua
Kamu, engkau, anda
Kalian, kami sekalian
Persona ketiga
Dia, ia, beliau
Mereka
Contoh: (1) Firdaus, kamu harus mandi. (referensi bersifat anaphora)
(2)   Kamu sekarang harus pergi! Ayo Cici cepatlah! (referensi bersifat katafora)

(2). Pronomina demonstrasi yaitu pengacuan satual lingual yang dipakai untuk menunjuk. Biasanya menggunakan kata : kini, sekarang, saat ini, di sini, di situ, ini, itu, dan sebagainya.
Contoh: “Dengan naik ini, tiap hari saya pergi ke kampus. Sepeda motor inilah teman setiaku dalam segala musim dan cuaca,” kata Slamet.
Pronominal dekat ini pada kalimat (1) mengacu secara katafora terhadap antesedan sepeda motor pada kalimat (2).
(3). Referensi komparatif yaitu deiktis yang menjadi bandingan bagi antesedennya. Kata-kata yang termasuk kategori pronominal komparatif antara lain: sama, persis, identik, serupa, segitu serupa, selain, berbeda, tidak beda jauh, dan sebagaimya.
Contoh: Tidak berbeda jauh dengan ibunya, Nita orangnya cantik, ramah, dan lemah lembut.
b.      Penggantian (Substitusi)
            Penggantian adalah penyulihan suatu unsure wacana dengan unsure yang lain yang acuannya tetap sama, dalam hubungan antarbentuk kata, atau bentuk lain yang lebih besar daripada kata, seperti frasa atau klausa (Hallidat dan Hassan, 1979: 88; Quirk, 1985: 863).
            Secara umum penggantian itu dapat berupa kata ganti orang, tempat, dan sesuatu hal.
a.       Kata ganti orang merupakan kata yang dapat menggantikan nama orang atau beberapa orang.
Contoh: Slamet dan Mahda berbulan madu ke Paris. Mereka menganggap bahwa Paris merupakan kota yang romantis.
b.      Kata ganti tempat adalah kata yang dapat menggantikan kata yang menunjuk pada tempat tertentu.
Contoh: Unlam merupakan kampus terfavorit di Kalimantan Selatan. Di sana  banyak terdapat mahasiswa yang pintar.
c.       Dalam pemakaian bahasa Indonesia, untuk mempersingkat suatu ujaran yang panjang yang digunakan lagi dapat dilakukan dengan menggunakan kata ganti hal. Sesuatu yang diuraikan dengan panjang lebar dapat digantikan dengan sebuah atau beberapa buah kata, tanpa mengurangi arti.
Contoh:
Pembukaan UUD 1945 dengan jelas menyatakan bahwa Pancasila adalah Dasar Negara. Dengan demikian Pancasila merupakan nilai dasar yang normative terhadap seluruh penyelenggaraan Negara republik Indonesia.


c.       Elipsis
            Elipsis adalah pelepasan unsure bahasa yang maknanya telah diketahui sebelumnya berdasarkan konteks. Unsur yang dilepaskan mungkin nomina, verba, atau klausa.
Contoh: Karena (Slamet) sakit, Slamet tidak bisa mengikuti perkuliahan.
d.      Piranti konjungsi
            Sesuai dengan fungsinya, konjungsi dalam bahasa indonesia dapat di gunakan untuk merangkaikan ide, baik dalam satu kalimat maupun antar kalimat.
            Piranti kohesi konjungsi dalam bahasa indonesia di bedakan menjadi beberapa macam, yaitu sebagai berikut.
1.      Piranti urutan waktu
Proposisi-proposisi menunjukan tahapan-tahapan seperti awal, pelaksanaan, dan penyelesaian dapat disusun dengan menggunakan urutan waktu.
Contoh: Dinda pergi ke kampus. Setelah itu, dia pergi keperpustakaan.
2.      Piranti pilihan
Untuk menyatakan dua proposisi berurutan yang menunjukan hubungan pilihan.
Contoh: Pilih aku atau dia
3.      Piranti alahan
Hubungan alahan antara dua proposisi dihubungkan dengan frasa-frasa seperti meski(pun) demikian, meski(pun) begitu, kedati(pun) demikian, kedatipun begitu, biarpun demikian, dan biarpun begitu.
Contoh: Ahyan tidak sombong. Meskipun dia kaya.
4.      Piranti parafrase
Merupakan suatu ungkapan lain yang lebih mudah dimengerti.
Contoh: Perlu juga diperhatikan bahwa sejumlah teori dan pendekatan yang ada tersebut, bagi pembaca justru saling melengkapi. Dengan kata lain, bila tujuan pembaca ingin memahami keseluruhan aspek dalam karya sastra, tidak mungkin mereka hanya memiliki satu pedekatan saja.
5.      Piranti ketidakserasian
Ketidakserasian itu pada umumnya ditandai dengan perbedaan proposisi yang terkandung di dalamnya, bahkan sampai pada pertentangan.
Contoh: Aku tidak mengerti. Padahal materi itu sudah dipelajari minggu kemaren.
6.      Piranti serasian
Digunakan apabila dua buah ide atau proposisi itu menunjukan hubungan yang selaras atau sama.
Contoh: Ahyan itu sangat tampan. Demikian juga dengan kembarannya.
7.      Piranti tambahan (Aditif)
Piranti ini berguna untuk menghubungkan bagian yang bersifat menambahkan informasi dan pada umumnya digunakan untuk merangkaikan dua proposisi atau lebih.
Contoh: Mahda murah senyum. Selain itu, dia baik hati. Tambahan lagi pandai berdandan.
8.      Piranti pertentangan
Piranti ini digunakan untuk menghubungkan proposisi yang bertentangan atau kontras dengan bagian lain. Piranti yang biasa digunakan misalnya: (akan) tetapi, sebaliknya, namun.
Contoh: di Sakadomas unlam cukup kotor. Namun banyak orang yang berkumpul di sana.
9.      Piranti perbandingan(komparatif)
Piranti perbandingan ini digunakan untuk menunjkan adanya hubungan persamaan atau perbedaan antara bagian yang satu dengan yang lain.
Contoh: Wajah Dodi tampan. Sama halnya dengan ayahnya.
10.  Piranti sebab akibat
Hubungan sebab akibat terjadi bila salah satu proposisi menunjukan penyebab terjadinya suatu kondisi tertentu yang merupakan akibat, atau sebaliknya.
Contoh: memahami wacana sangat susah. Oleh karena itu, Herma belajar siang malam.
11.  Piranti harapan
Hubungan optatif terjadi apabila ada ide yang mengandung suatu harapan atau doa.
Contoh: mudah-mudahan Herma cepat datang.
12.  Piranti ringkasan dan simpulan
Piranti ini berguna untuk mengantarkan ringkasan dari bagian yang berisi uraian.
Contoh: Hukum tidak memandang kaya atau miskin, pria atau wanita, tua atau muda. Jadi, hukum berlaku untuk siapapun, kapanpun, dan dimanapun.
13.  Piranti misalan atau contohan
Contohan atau misalan berfungsi untuk memperjelas suatu uraian.
Contoh: Makanan ringan sangat enak untuk dimakan, umpamanya ciki-ciki.
14.  Piranti keragu-raguan
Digunakan untuk mengantarkan bagian yang masih menimbulkan keraguan.
Contoh: Jangan-jangan dia sudah punya pacar.
15.  Piranti konsensi: Memang, tentu saja
Contoh: memang aku ini sangat baik.
16.  Piranti tegasan
Proposisi yang disebutkan perlu ditegaskan lagi agar dapat segera dipahami dan diresapi.
Contoh: cara belajar mahasiswa Reg A 2010 PBSI berbeda-beda. Bahkan dirumahpun cara belajarnya berbeda-beda.
17.  Piranti jelasan
Contoh: yang dimaksud wacana adalah satuan terbesar diatas kalimat.
2. Piranti kohesi leksikal
a. reitrasi(pengulangan)
jenis ini meliputi sebagai berikut.
1). repetisi
a). Ulangan penuh
Contoh: sepakbola sangat menyenangkan. Sepakbola mempererat pertemanan
b). Ulangan dengan bentuk lain
Contoh: filsafat ulangan bentuk lainnya berfilsafat.
c). Ulangan dengan penggantian
Contoh: lulusan ipa ulangan penggantiannya seorang ilmuan.
2). Ulangan dengan heponim
Contoh: ilmuan berhiponim dengan ahli fisika nuklir.
          b. kolokasi
suatu hal yang selalu berdekatan dengan yang lain biasanya diasosiasikan sebagai satu kesatuan.
Contoh : Pancasila dan UUD 1945




D.    Piranti Koherensi
          Istilah koherensi mengacu pada aspek tuturan, bagaimana proposisi yang terselubung disimpulkan untuk menginterpretasikan tindakan ilokusinya dalam membentuk sebuah wacana. Proposisi-proposisi di dalam suatu wacana dapat membentuk suatu wacana yang runtut (koheren) meskipun tidak terdapat pemerkah penghubung kalimat yang di gunakan.
Contoh: ayah: Angkat telponnya bu!
 Ibu: lagi tanggung mas.









DAFTAR RUJUKAN


Chaer, Abdul. 2007. Linguistik Umum. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Arifin, Bustanul dan Abdul rani. 2000. Prinsip-prinsip Analisis Wacana. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.